Senin, 29 April 2013
Yunus yang Ditelan...
Ketika dalam dakwahnya Yunus AS sempat melarikan diri dan akhirnya sempat ditelan oleh (katanya ikan Paus), tetapi akhirnya Ia terbebas dari mulut si Paus, setelah mengikrarkan Ya Allah tiada Tuhan selain Engkau, sesungguhnya aku adalah orang yang zalim.
Bagaimanakah seharusnya kita berdakwah. Apakah metode dakwah yang dilakukan sekarang sudah sesuai dengan prinsip2 ajaran AL Quran dan sunnah Rasulullah? Apakah dakwah saat ini sudah mencapai keberhasilan sebagaimana dakwahnya Rasulullah? Apakah krisis yang melanda negeri ini dapat dikaitkan dengan kualitas dakwah Islam?
Jika seandainya dakwah saat ini dianggap telah sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW maka realitas dakwah mana yang dapat dijadikan tolok ukur? Apakah keberhasilan dakwah dapat diukur kemewahan? Ataukah dapat diukur seberapa tinggi tarif seorang pendakwah? Ataukah keberhasilan suatu partai meraup suara yang banyak? Ataukah diukur dengan seberapa mewah kendaraan yang dikendarai oleh pendakwah dalam menjalankan misinya? Atau seberapa lariskah si pendakwah muncul di media2? Atau dan atau2 lainnya, yang tentu saja masih banyak realita2 yang nampak yang masih menggelitik hati. Jika hal2 di atas tadi dijadikan tolok ukur dakwah Islam saat ini, maka akan menjadi ironi dan paradoks dengan apa yang telah diuswahkan oleh Muhammad SAW. Bagaimana tidak, dalam catatan sejarah Muhammad, dalam dakwahnya, jangankan untuk dijamu atau disambut dengan sambutan yang baik dan meriah, malah dan memang dengan meriah tapi meriah dengan lemparan batu (Thaif), apalagi dibayar dan tentu saja sangat jauh sekali dengan kesan komersialitas. Dalam suatu ayat di sudah Hud, nabi Saleh AS pernah ditanya oleh masyarakat yang sedang didakwahinya; "Hai nabi Saleh, apakah engkau berdakwah karena ingin mengharapkan bayaran dari kami? Nabi Saleh pun menjawab, tidak? Sesungguhnya aku tidak mengharapkan bayaran sepeser pun dari kalian, karena bayaranku hanyalah dari Allah SWT Tuhan semesta alam".
Kalau tidak salah, rumah Muhammad SAW tidak lebih besar dari ukuran 4x4m (mohon maaf yang sebesar-besarnya kalau saya salah), tapi sepertinya hal ini tidak sangat-sangat mengganggu kinerja dakwahnya, malah seluruh dunia sangat menyeganinya dan menaruh hormat yang tidak dibuat-buat dan bukan main-main.
Malah ada suatu kisah yang menurut hemat penulis sangat sarkastik untuk realitas dakwah saat ini. Suatu saat para pembesar berkumpul membahas tentang dakwah Muhammad yang menurut mereka semakin hari semakin mengancam eksistensi para kafir Quraisy. Hingga dicapailah kesepakatan bahwa mereka akan memberikan Muhammad imbalan berupa emas dan benda mewah yang sangat banyak agar Ia mau berhenti berdakwah. Akhir cerita tentu saja kita sudah tahu bahwa Muhammad pasti menolaknya. Kisah ini tentu saja biasa2 saja terutama bagi pengagum Muhammad. Namun yang menarik dan sarkastik dari kisah ini ialah bagaimana ide untuk memberikan imbalan itu bisa muncul. Pertanyaan yang muncul ialah apakah pada saat itu telah ada tipe orang yang mengaku pendakwah namun menerima bayaran? Sehingga tipe pendakwah seperti Muhammad ini dianggap unik, langka bahkan aneh. Kemudian apakah orang Quraisy pada saat itu sudah terbiasa membayar orang yang merasa berdakwah sehingga orang tersebut dianggap sbg bagian dari mereka, sedangkan Muhammad yang tidak pernah dibayar (apalagi minta bayaran) dianggap bukan dari golongan mereka? Jadi di sini kita simpulkan sendiri mau di golongan manakah kita? La Ilaaha illa Anta Subhanaka ini kuntu mina azh-zholimin...
Langganan:
Postingan (Atom)